Brebes - Harga bawang merah lokal di kalangan petani di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menurun drastis. Harga bawang lokal yang semula menembus Rp 18.000/ kg kini anjlok hingga Rp 7.000/ kg. Kondisi itu terjadi akibat masuknya bawang impor ke Kabupaten Brebes dengan jor-joran. Keadaan tersebut membuat resah petani karena menyebabkan mereka merugi.
Sugito (46), petani bawang asal Desa Wangandalem, Kabupaten Brebes menuturkan, turunnya harga jual bawang lokal sudah terjadi sejak sekitar dua minggu lalu. Itu terjadi menyusul banyaknya bawang impor yang masuk Brebes. Sementara, petani kini mulai banyak yang panen, sehingga stok melimpah. “Sebulan lalu, harga bawang lokal tembus Rp 18.000/ kg, tapi saat ini saya panen harganya merosot hingga Rp 7.000/ kg,” keluhnya, Rabu 30 Maret 2011.
Menurutnya, kondisi tersebut membuat petani merugi. Sebab, modal untuk tanam tinggi. Bahkan, saat ini harga bibit masih tinggi menembus Rp 20.000/ kg. Apalagi, bawang yang panen kali ini merupakan hasil musim lerengan, sehingga hasilnya kurang maksimal.
“Kalau musim normal, lahan seperdelapan bau bisa hasil 12 kuintal, tapi sekarang hanya 8 kuintal. Sementara, saat musim normal modalnya hanya Rp 4,7 juta, sekarang mencapai Rp 7 juta. Bila harga jatuh, kami jelas rugi besar,” ungkapnya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Brebes, Ir Masrukhi Bachro mengatakan, anjloknya harga bawang merupakan dampak masuknya bawang impor ke pasar Brebes secara jor-joran. Dari pantauan HKTI, saat ini jumlah bawang impor yang masuk rata-rata 5 kontainer atau sekitar 140 ton/ hari. Keadaan itu jelas mempengaruhi psikologi pasar bawang lokal. Apalagi, harga bawang impor cenderung lebih murah.
“Bawang impor ini dibongkar di sejumlah gudang di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari. Bawang impor itu berasal dari Thailand, Vietnam dan India,” terangnya.
Ditegaskan, pemerintah diperbolehkan impor bawang, tetapi jangan masuk ke Brebes sebagai daerah sentra penghasil bawang. Sebab, hal itu akan mempengaruhi harga bawang lokal. Karena itu, pihaknya meminta impor bawang distop. Bila tidak bisa, paling tidak diatur dan dibatasi. Artinya, jangan masuk ke daerah sentra penghasil bawang.
“Kami dari HKTI lebih ingin impor bawang ini dihentikan. Kalau terus-terusan impor, kapan petani lokal bisa menikmati untung,” tandasnya.
sumber: http://www.panturanews.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar