"Cikakak News"
Jendela Informasi Cikakak dan Sekitarnya
Kamis, 07 April 2011
Cikakak adalah nama desa yang cukup kesohor, yang terletak di bagian barat kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Terletak sekitar 50 km dari Cirebon ke arah timur dan sekitar 40 km dari Brebes ke arah barat. atau sekitar 25 km dari Tanjung (pertengahan antara Cirebon - Brebes) ke arah selatan memutar ke barat. Sebagai desa yang terletak di wilayah transisi atau perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, masyarakat desa Cikakak hidup dalam dua budaya yang berbeda, yaitu Sunda dan Jawa. Sebagian besar komunitas masyarakatnya merupakan Suku Sunda, dengan budaya sunda yang kental dan bahasa sunda sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, meskipun dialeknya berbeda dengan bahasa sunda pituin (Parahyangan). Mata pencaharian pokok penduduknya adalah bertani, berdagang dan sebagian pekerja rantau musiman. Pekerja rantau ini lah yang sering merasakan suka-dukanya mudik lebaran.
Seteleh musim lebaran habis para pekerja rantau ini lah mulai sibuk mempersiapkan diri untuk kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib, tidak terkecuali penulis sendiri. Biasanya sehari sebelum balik ke Ibu Kota mereka sibuk mempersiapkan segala sesuatunya dan tidak lupa juga mempersiapkan oleh2. Mirong dipilih menjadi salah satu oleh2 mudik. Selain murah Mirong juga dipercaya mengandung banyak protein karena terbuat dari ikan asin yang dilapisi oleh tepung terigu. Bagi para pemudik yg menggunakan kendaraan umum seperti Bus, kadang berat juga untuk membawa Mirong sampai ke Ibu Kota dengan selamat. Banyak kendala yang tentu menghadangnya seperti keinjek2 orang, jalan yang rusak membuat mobil enjot2 sehingga membuat mirong dalam kardus ikut remuk, maklum namanya juga bus umum. Mungkin ada satu Tips yang sedikit membantu agar Mirong tidak remuk pada saat sampe tempat tujuan yaitu sebaiknya Mirong ditempatkan dalam kaleng/toples.
Dari hasil survey (komentar2) yang ada di page "FB Mirong", telah membuktikan bahwa Mirong masih sangat digemari oleh banyak kalangan, dan juga merupakan Oleh-Oleh makanan khas Mudik. Bagi anda yang bingung memilih makanan pada saat mudik, sekarang ga perlu bingung2 lagi karena Mirong bisa dijadikan sebagai Oleh2 Mudik dan sudah terbukti oleh penulis sendiri warga kota banyak yang suka dengan Mirong.
(Admin)
Read More........
Kamis, 31 Maret 2011
Sugito (46), petani bawang asal Desa Wangandalem, Kabupaten Brebes menuturkan, turunnya harga jual bawang lokal sudah terjadi sejak sekitar dua minggu lalu. Itu terjadi menyusul banyaknya bawang impor yang masuk Brebes. Sementara, petani kini mulai banyak yang panen, sehingga stok melimpah. “Sebulan lalu, harga bawang lokal tembus Rp 18.000/ kg, tapi saat ini saya panen harganya merosot hingga Rp 7.000/ kg,” keluhnya, Rabu 30 Maret 2011.
Menurutnya, kondisi tersebut membuat petani merugi. Sebab, modal untuk tanam tinggi. Bahkan, saat ini harga bibit masih tinggi menembus Rp 20.000/ kg. Apalagi, bawang yang panen kali ini merupakan hasil musim lerengan, sehingga hasilnya kurang maksimal.
“Kalau musim normal, lahan seperdelapan bau bisa hasil 12 kuintal, tapi sekarang hanya 8 kuintal. Sementara, saat musim normal modalnya hanya Rp 4,7 juta, sekarang mencapai Rp 7 juta. Bila harga jatuh, kami jelas rugi besar,” ungkapnya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Brebes, Ir Masrukhi Bachro mengatakan, anjloknya harga bawang merupakan dampak masuknya bawang impor ke pasar Brebes secara jor-joran. Dari pantauan HKTI, saat ini jumlah bawang impor yang masuk rata-rata 5 kontainer atau sekitar 140 ton/ hari. Keadaan itu jelas mempengaruhi psikologi pasar bawang lokal. Apalagi, harga bawang impor cenderung lebih murah.
“Bawang impor ini dibongkar di sejumlah gudang di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari. Bawang impor itu berasal dari Thailand, Vietnam dan India,” terangnya.
Ditegaskan, pemerintah diperbolehkan impor bawang, tetapi jangan masuk ke Brebes sebagai daerah sentra penghasil bawang. Sebab, hal itu akan mempengaruhi harga bawang lokal. Karena itu, pihaknya meminta impor bawang distop. Bila tidak bisa, paling tidak diatur dan dibatasi. Artinya, jangan masuk ke daerah sentra penghasil bawang.
“Kami dari HKTI lebih ingin impor bawang ini dihentikan. Kalau terus-terusan impor, kapan petani lokal bisa menikmati untung,” tandasnya.
sumber: http://www.panturanews.com/
Read More........
Warga menutup jalan dengan cara berdiri membuat pagar betis, sambil membentangkan spanduk di tengah jalan tol Kanci-Pejagan, di Desa Kramat Sampang. Akibat aksi warga tersebut, arus lalu lintas yang menuju keluar maupun yang telah masuk dari arah timur tol menjadi terhambat.
Warga yang berasal dari Desa Kramat Sampang dan Desa Limbangan, Kecamatan Kersana, serta Desa Sengon dan Desa Kemukten, Kecamatan Tanjung, mengaku kesal dengan pihak pengembang yang tidak segera membangun akses jalan petani.
“Sudah dua tahun beroperasi tetapi jalan warga tidak segera dibangun, padahal jalan tersebut transportasi para petani untuk mengangkut hasil panen,” ujar Tamrih, warga Desa Kramat Sampang.
Menurut Tamrih, semula warga setempat mempunyai akses jalan sendiri, akan tetapi sejak ada proyek tol, akses jalan tersebut ditutup. Selain itu, warga juga menuntut jembatan yang rusak untuk segera diperbaiki. “Warga cuma ingin jalan yang semula ada segera dibangun kembali, karena menyangkut kebutuhan transportasi ekonomi warga,” ujar.
Assisten 1 Sekrtariat Daerah Kabupaten Brebes, Drs Supriono, menjelaskan bahwa jalann desa yang semula ada memang menjadi kebutuhan warga Desa Kramat Sampang dan sekitarnya. Apalagi warga sekitar rata-rata bermata pencaharian petani, sehingga jalan tersebut menjadi akses ekonomi warga.
“Pihak tol harus perhatikan keluhan warga karena itu sudah menjadi kebutuhan warga. Untuk itu jalan yang semula ada harus dibuatkan kembali,” tukasnya.
sumber: http://www.panturanews.com/
Read More........
Rabu, 30 Maret 2011
"Dari hasil rapat koordi-nasi, kami menargetkan di tahun 2011 ini melakukan efisiensi anggaran sekitar Rp 7 miliar - Rp 10 miliar. Ini dilakukan untuk dialokasikan terhadap kebutuha anggaran bagi perbaikan jalan yang belum masuk dalam APBD tahun ini," ujar Wakil Bupati H Agung Widyantoro SH MSi, Selasa(29/3).
Menurut dia, perbaikan jalan menjadi prioritas karena sudah sangat dikeluhkan masyarakat. Pihaknya telah memerintahkan kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melakukan efisiensi agar target kebutuhan anggaran tersebut tercukupi. Efisiensi di titikberatkan kepada kegiatan yang dinilai tidak mendesak, seperti belaja pakaian untuk hari-hari tertentu.
"Kami yakin upaya ini bisa tercapai, sehingga perbaikan jalan rusak yang belum masuk di APBD tetap bisa tertangani," tandasnya.
Dia mengungkapkan, dalam program penanganan kerusakan jalan tersebut ada dua upaya yang dilakukan. Yakni melalui pemeliharaan dan peningkatkan jalan.
Khusus proyek pemeliharaan dialokasi anggarannya mencapai Rp 3 miliar. Proyek itu kini sudah mulai dilaksanakan. Sementara, untuk proyek peningkatan jalan prosesnya masih dalam tahap pelelangan. Tekan KKN Seluruh lelang proyek tersebut dilaksanakan melalui LPSE. Hal itu dilakukan guna menekan adanya terjadinya tindak kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).
'Terkait efisensi anggaran ini, kami sudah berkonsultasi dengan DPRD dan BPK. Kedua lembaga itu menyatakan tidak masalah. Sedangkan untuk penanganan jalan provinsi, kami juga sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jateng."
Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Brebes Heri Fitriansyah ST mengatakan, dari ratusan ruas jalan kabupaten yang ada, saat ini yang kondisi kini rusak mencapai 70 persen. Namun, dari alokasi anggaran yang ada hanya bisa untuk memperbaiki sekitar 40 persennya.
Karena itu, pihaknya bersama eksekutif telah berkomitmen untuk melakukan upaya efisiensi anggaran.
"Bagi yang belum bisa diperbaiki, kami upayakan juga dalam anggaran perubahan," ujarnya.
sumber: http://www.brebeskab.go.id/
Senin, 28 Maret 2011
1. Ani-ani
Ani-ani adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Ani-ani biasanya digunakan untuk memotong tangkai bulir padi satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu, namun keuntungannya ialah, berbeda dengan penggunaan sebuah arit, tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong. Sekarang di Cikakak Ani-ani jarang digunakan, kadang hanya digunakan dalam proses ritual sebelum padi dipanen, orang Cikakak menyebutnya “Mura”
2. Arit (Clurit)
Arit merupakan alat yang bentuknya menyerupai bulan sabit dengan kayu sebagai gagangnya, dan biasanya digunakan untuk memotong padi saaat panen. Ada dua jenis arit yang dapat digunakan untuk memanen yaitu arit biasa dan arit yang bergerigi. Arit yang sering digunakan di Cikakak adalah arit yang bergerigi, karena lebih cepat dalam memotong tidak seperti arit biasa yang lebih licin.
Arit Biasa
Arit Bergerigi
3. Gebotan (“Geprakan”)
Masyarakat Cikakak lebih mengenalnya dengan sebutan “Geprakan”. Geprakan merupakan alat yang bahannya terbuat dari kayu, namun kadang juga dibeberapa bagian bisa menggunakan bambu. “Geprakan” digunakan untuk memisahkan padi atau gabah dari tangkainya yang sudah diarit. Pemisahan tersebut yaitu dengan cara padi dipukul-pukul ke “Geprakan” tadi. “Geprakan” umumnya dibuat sendiri oleh para petani. Selain bahannya yang mudah didapat, bentuk dari “Geprakan” itu sendiri tentu disesuaikan dengan si penggunanya, sehingga antara petani yang satu dengan yang lain bentuk Geparakannya berbeda-beda.
Gebotan ("Geprakan")
4. Wakul atau Dingkul
Merupakan alat yang berbentuk anyaman dan lazimnya terbuat dari bambu atau rotan. Wakul atau dingkul bentuknya seperti boboko, namun ukurannya lebih besar. Biasanya digunakan sebagai tempat penampungan sementara sebelum padi dimasukan ke kantong atau waring. Bisa juga digunakan sebagai alat untuk mengangkut padi yang dijemur untuk dimasukan kedalam rumah setelah matahari tidak lagi terang (panas).
Wakul
5. Kipas Padi dan Nyiru
Adalah alat yang digunakan untuk membersihkan atau memisahkan padi atau gabah dari kotoran (gabah yang keropos), sehingga padi lebih bersih dan berisi. Proses ini dilakukan setelah proses penjemuran atau padi sudah kering. Kipas padi ini tidak semua petani memilikinya. Para petani bisa meminjam atau menyewa kipas tersebut dengan biaya sewa perjam. Namun sebelum adanya kipas, untuk membersihkan padi para petani biasanya menggunakan nyiru. Nyiru terbuat dari anyaman bambu yang bentuknya bulat pipih. Pembersihan dengan nyiru ini dilakukan oleh para ibu-ibu petani, dengan cara mengoyangkan nyiru ke atas-bawah, atau ke samping kiri-kanan secara terus menerus. Di masyarakat Cikakak istilah tersebut lebih dikenal dengan sebutan "Napian"
Kipas Padi
Nyiru
Read More........